TRIBUNSUMSEL.COM - Inilah contoh jurnal pembelajaran Modul 3 tentang Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai PPG Guru Tertentu 2025.
Setelah menyelesaikan pembelajaran Modul Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai, Bapak/ibu guru diminta untuk membuat jurnal pembelajaran.
Bagi bapak/ibu guru yang merasa kesulitan untuk membuat jurnal pembelajaran, berikut beberapa contoh Jurnal Pembelajaran untuk Modul 3 yang bisa dijadikan referensi.
JUDUL JURNAL
JURNAL PEMBELAJARAN MODUL 3: FILOSOFI PENDIDIKAN DAN PENDIDIKAN NILAI
JUDUL AKSI NYATA: FILSAFAT PANCASILA DAN PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA SEBAGAI LANDASAN PENDIDIKAN NASIONAL
A. Filsafat Pendidikan Nasional
Filsafat pendidikan nasional mencerminkan pandangan hidup bangsa yang dijadikan pijakan dalam pelaksanaan pendidikan. Filsafat ini berakar dari Pancasila dan UUD 1945 serta nilai-nilai luhur budaya bangsa. Tujuan utama dari filsafat ini adalah membentuk manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, berbudi pekerti luhur, dan berwawasan kebangsaan.
Nilai-nilai dalam Pancasila yang menjadi dasar pendidikan nasional:
Ketuhanan Yang Maha Esa: Mendorong pendidikan yang membentuk karakter religius dan menghargai perbedaan keyakinan.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab: Menumbuhkan sikap empati, adil, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Persatuan Indonesia: Memupuk rasa cinta tanah air dan kesadaran akan keberagaman.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan: Mendorong pembelajaran demokratis dan partisipatif.
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia: Menjamin pendidikan yang inklusif dan berkeadilan bagi seluruh anak bangsa.
B. Pendidikan Nilai dan Penguatan Karakter
Pendidikan nilai adalah proses membentuk karakter peserta didik melalui internalisasi nilai-nilai moral, budaya, dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan ini bertujuan mengembangkan pribadi yang tangguh, jujur, bertanggung jawab, dan beretika.
Pendekatan yang digunakan dalam pendidikan nilai meliputi:
Teladan: Guru menjadi contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Internalisasi: Proses menanamkan nilai secara mendalam melalui pengalaman emosional dan reflektif.
Pembiasaan: Membentuk kebiasaan positif secara konsisten.
Partisipasi Aktif: Melibatkan peserta didik dalam aktivitas pembelajaran yang bermakna.
Kontekstualisasi: Mengaitkan nilai dengan kehidupan nyata siswa.
C. Nilai-Nilai Profesi Guru dalam Konteks PPG
Sebagai pendidik profesional, guru harus mencerminkan nilai-nilai luhur yang menjadi landasan etika profesinya:
Profesionalisme: Guru wajib melaksanakan tugas secara kompeten dan bertanggung jawab.
Integritas: Menjaga kejujuran dan konsistensi antara perkataan dan tindakan.
Tanggung Jawab: Melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh dan tepat waktu.
Keteladanan: Menjadi figur yang bisa dijadikan panutan oleh peserta didik.
Keadilan: Bersikap adil dan tidak diskriminatif dalam mendidik.
D. Kode Etik Profesi Guru
Kode etik menjadi pedoman moral dalam menjalankan tugas. Fungsinya antara lain:
Menjaga integritas profesi.
Membangun kepercayaan publik.
Mengarahkan perilaku profesional.
Melindungi peserta didik.
Mencegah penyalahgunaan wewenang.
Contoh Penerapan Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran PPKn (Kelas 5 SD)
Mata Pelajaran: PPKn
Topik: Pentingnya Persatuan dan Kesatuan dalam Keberagaman
Pendekatan: Pembelajaran Berbasis Nilai dan Proyek
I. Tujuan:
Memahami makna persatuan dalam konteks keberagaman
Menunjukkan perilaku toleran dan cinta tanah air
II. Nilai yang Ditanamkan:
Persatuan, Toleransi, Cinta Tanah Air, Tanggung Jawab,
Kejujuran, Gotong Royong
Kegiatan Pembelajaran:
III. Pendahuluan:
Apersepsi dan motivasi tentang pengalaman hidup bersama dalam keberagaman
IV. Kegiatan Inti:
Menyaksikan video tentang kerukunan
Diskusi kelompok dan penyelesaian studi kasus
Pembuatan poster bertema "Bersatu dalam Perbedaan"
Penutup:
Refleksi nilai
Penugasan tindakan nyata menjaga persatuan
V. Asesmen:
Observasi sikap
Evaluasi hasil produk poster
Ujian tulis
VI. Penguatan Literasi dan Numerasi:
Membaca cerita tokoh nasional
Menyusun grafik keberagaman suku di Indonesia
VII. Pengayaan dan Remedial:
Pengayaan: Video tentang keberagaman
Remedial: Diskusi bimbingan
Dokumentasi Pembelajaran:
Foto guru mengajar
Foto diskusi kelompok
Foto presentasi siswa
Foto refleksi dan penguatan nilai oleh guru
Aksi Nyata
Topik 2: Makna, Urgensi dan Strategi Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Kerangka Pendidikan Nasional
Karya Hadi Susanto, Universitas Negeri Malang (UNM)
Aksi Nyata Modul 2:
Makna, Urgensi dan Strategi Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Kerangka Pendidikan Nasional
A. Pendahuluan
Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, memiliki tujuan luhur yang melampaui sekadar transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan teknis. Tujuan fundamentalnya adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Visi ini secara eksplisit menegaskan bahwa pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai luhur merupakan jantung dari seluruh proses pendidikan di Indonesia. Pendidikan nilai tidak akan efektif jika hanya berhenti pada level kognitif atau pengetahuan tentang mana yang baik dan buruk. Kunci keberhasilannya terletak pada proses internalisasi, yaitu sebuah proses penanaman, penghayatan, dan pembiasaan nilai-nilai secara mendalam sehingga menyatu dan mendarah daging (terinternalisasi) dalam diri peserta didik. Proses ini bertujuan agar nilai-nilai tersebut tidak hanya dipahami, tetapi juga menjadi kompas moral yang secara otentik memandu sikap, tutur kata, dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
B. Konsep Pendidikan Nilai
Seperti yang kita ketahui, Pendidikan Nilai adalah usaha sadar dan terencana untuk menanamkan, mengembangkan, dan menginternalisasikan nilai-nilai tertentu pada peserta didik, guna membentuk etika, moral, budi pekerti, dan karakter. Tujuannya adalah membentuk manusia Indonesia seutuhnya ('insan kamil') yang matang secara intelektual, emosional, spiritual, dan sosial
Konsep-konsep kunci terkait meliputi:
1.Nilai: Keyakinan dasar tentang apa yang baik, benar, atau diinginkan, sebagai rujukan pilihan dan tindakan.
2. Moral: Penilaian baik/buruknya perbuatan berdasarkan kaidah nilai yangberlaku.
3. Etika: Kajian filosofis sistematis tentang nilai dan prinsip moral.
4. Karakter: Perwujudan nilai dalam perilaku konsisten; kepribadian yang dinilaisecara moral
C. Urgensi Pendidikan Nilai dalam Dunia Pendidikan
Secara garis besar, urgensi pendidikan nilai dapat dirangkum dalam empat pilar utama:
1. Menjawab Krisis Moral dan Etika
Berbagai fenomena sosial menunjukkan adanya degradasi moral yang mengkhawatirkan di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda. Perilaku seperti meningkatnya kasus perundungan (bullying), tawuran antar pelajar, intoleransi, penyebaran hoaks, hingga bibit perilaku koruptif sejak di bangku sekolah menjadi cerminan nyata dari memudarnya nilai-nilai luhur.
Pendidikan nilai hadir sebagai intervensi mendasar untuk mengatasi krisis ini. Tujuannya adalah menanamkan kembali nilai-nilai esensial seperti kejujuran, tanggung jawab, empati, hormat, dan keadilan
2. Filter di Era Globalisasi dan Digitalisasi
Kita hidup di era keterbukaan informasi yang tanpa batas. Arus globalisasi dan kemajuan teknologi digital membawa dampak positif sekaligus negatif. Generasi muda dengan mudah terpapar pada berbagai budaya dan ideologi asing melalui internet dan media sosial. Dalam konteks ini, pendidikan nilai berfungsi sebagai "filter internal" atau benteng pertahanan. Ia membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir kritis dan pertimbangan moral (moral reasoning).
3. Fondasi Pembangunan Karakter Bangsa
Pendidikan nilai secara langsung bertujuan untuk membangun pilar-pilar karakter utama seperti integritas, gotong royong, kemandirian, dan religiositas. Dengan menginternalisasi nilai-nilai ini, generasi penerus diharapkan tumbuh menjadi warga negara yang berintegritas, antikorupsi, toleran terhadap perbedaan, dan mampu memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa
4. Sarana Pencegahan Dini Intoleransi dan Korupsi
Dua masalah besar yang mengancam persatuan dan kemajuan Indonesia adalah intoleransi dan korupsi. Pendidikan nilai memiliki peran strategis dalam mencegah kedua masalah ini dari akarnya.
Mencegah Intoleransi: Dengan menanamkan nilai-nilai seperti Bhinneka Tunggal Ika, toleransi, saling menghargai, dan dialog, pendidikan nilai dapat membentengi generasi muda dari paham radikal dan eksklusif yang memecah belah persatuan.
Mencegah Korupsi: Nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab yang diajarkan sejak dini merupakan vaksin paling ampuh untuk mencegah perilaku koruptif di masa depan. Membiasakan siswa untuk tidak mencontek, mengakui kesalahan, dan bersikap adil adalah latihan awal untuk membangun budaya antikorupsi.
Dengan demikian, urgensi pendidikan nilai tidak dapat ditawar lagi. Ia adalah investasi jangka panjang untuk menyelamatkan masa depan bangsa, memastikan bahwa kemajuan teknologi dan ekonomi berjalan selaras dengan kekuatan moral dan kearifan sosial masyarakatnya. Mengabaikan pendidikan nilai berarti membiarkan generasi mendatang tumbuh tanpa kompas moral yang jelas di tengah derasnya arus perubahan dunia
D. Strategi Internalisasi Nilai dalam Pembelajaran
1. Pendekatan kognitif
Penanaman nilai melalui pendekatan kognitif bertujuan untuk mengembangkan pemikiran moral dan kemampuan individu untuk membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai yang dipahami secara rasional. Metode yang dapat digunakan antara lain melalui story telling, diskusi, atau telaah kasus
2. Pembiasaan
Penanaman nilai melalui pembiasaan bertujuan untuk membentuk karakter dan sikap seseorang dengan melakukan tindakan positif secara berulang hingga menjadi kebiasaan. Seperti yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan karakter pada hakikatnya adalah pembudayaan atau pembiasaan. Membentuk rutinitas dan kegiatan refleksi rutin adalah beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk membiasakan karakter yang baik.
3. Pengkondisian lingkungan belajar
Penanaman nilai melalui pengkondisian bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berkembangnya nilai-nilai positif yang diharapkan. Misalnya dengan memberikan stimulus tertentu secara berulang sehingga individu terbiasa merespons dengan cara yang diharapkan, pemberian afirmasi terhadap perilaku positif, atau sebaliknya memberikan konsekuensi apabila menunjukkan perilaku yang tidak diharapkan.
4. Keteladanan yang konsisten
Penanaman nilai melalui keteladanan adalah metode yang sangat efektif karena individu cenderung meniru perilaku orang-orang di sekitarnya, terutama yang mereka anggap sebagai panutan.
E. Peran dan Komitmen Guru dalam Pendidikan Nilai
Dalam ekosistem pendidikan, guru adalah episentrum sekaligus ujung tombak keberhasilan penanaman nilai. Tanpa peran aktif dan kesadaran penuh dari seorang pendidik, strategi dan kurikulum terbaik sekalipun akan menjadi dokumen tak bermakna. Sebagai pendidik, penting bagi Bapak/Ibu untuk memahami bagaimana konsep-konsep dalam pendidikan nilai berhubungan dengan mata pembelajaran lain serta pengalaman nyata. Berikut adalah peran-peran fundamental guru dalam pendidikan nilai:
1. Guru sebagai Teladan Hidup (Uswatun Hasanah)
Ini adalah peran yang paling fundamental dan berdampak. Nilai tidak cukup diajarkan dengan kata-kata, tetapi harus ditunjukkan melalui perilaku nyata, seperti:
a. Integritas: Guru yang jujur dalam menilai, mengakui kesalahan, dan menepati janji sedang mengajarkan nilai integritas
b. Disiplin: Guru yang datang tepat waktu, mengelola waktu pembelajaran dengan baik, dan konsisten dengan aturan sedang menanamkan nilai disiplin
c. Kesantunan: Cara guru berbicara, merespons pertanyaan, dan memperlakukan setiap siswa dengan hormat adalah pelajaran langsung tentang empati dan kesopanan
2. Guru sebagai Inspirator dan Motivator
Seorang guru harus mampu menyalakan api semangat dalam diri siswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik, seperti:
a. Kisah Inspiratif: Menceritakan kisah pahlawan, tokoh masyarakat, atau bahkan pengalaman pribadi yang sarat dengan nilai-nilai luhur dapat menginspirasi siswa
b. Apresiasi: Memberikan penguatan positif dan apresiasi yang tulus ketika siswa menunjukkan perilaku baik (misalnya, menolong teman, jujur mengembalikan barang yang ditemukan) akan memotivasi mereka untuk mengulangi perbuatan tersebut.
F. Bentuk Aksi Nyata ( Rancangan Pembelajaran pada Pendidikan Nilai )
Setelah memahami Makna, Urgensi dan Strategi Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Kerangka Pendidikan Nasional serta mengetahui bagaimana strategi internalisasinya, maka ke depannya, sebagai guru saya akan melakukan berbagai aksi/kegiatan pembelajaran yang bisa menekankan pada nilai-nilai Pendidikan seperti:
1. Mengembangkan Metode Pembelajaran Partisipatif dan Aktif
Fokus pada metode yang mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan refleksi nilai, seperti:
a. Diskusi interaktif untuk menggali pemahaman siswa tentang nilai-nilai dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Pembelajaran berbasis proyek (PBL) yang memungkinkan siswa menerapkan nilai-nilai dalam konteks nyata, seperti proyek lingkungan yang menumbuhkan nilai kepedulian.
d. Permainan peran atau simulasi untuk melatih siswa menghadapi dilema moral dan membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai yang telah dipelajari
2. Membangun Lingkungan Sekolah yang Berkarakter
Berkontribusi dalam menciptakan suasana sekolah yang kondusif bagi internalisasi nilai, yaitu dengan:
a. Menegakkan aturan dan tata tertib yang mencerminkan nilai-nilai positif, seperti disiplin, keadilan, dan tanggung jawab
b. Membangun budaya kolaborasi antara guru, siswa, orang tua, dan masyarakat dalam upaya pendidikan nilai
c. Mengadakan kegiatan ekstrakurikuler yang berorientasi pada pengembangan karakter dan nilai, seperti kegiatan sosial, seni, atau olahraga
d. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap perilaku siswa yang mencerminkan nilai-nilai positif, untuk memotivasi dan memperkuat kebiasaan baik
3. Melakukan Evaluasi Berkelanjutan
Kegiatan secara rutin mengevaluasi efektivitas strategi internalisasi nilai yang telah diterapkan, dengan cara seperti:
a. Mengamati perubahan perilaku siswa sebagai indikator keberhasilan internalisasi nilai
b. Melakukan refleksi diri terhadap praktik mengajar dan dampaknya terhadap perkembangan nilai siswa
c. Mencari umpan balik dari siswa, rekan guru, dan orang tua mengenai implementasi pendidikan nilai
d. Menyesuaikan strategi jika ditemukan area yang memerlukan perbaikan atau pengembangan lebih lanjut
Dengan demikian, sebagai guru tugas utama adalah menjembatani antara teori dan praktik, agar nilai-nilai tersebut tidak hanya menjadi wacana, tapi benar-benar mewujud dalam tindakan dan karakter peserta didik, demi mendukung tujuan pendidikan nasional: membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
G. Rancangan Pembelajaran Pendidikan Nilai pada Pembelajaran
Pendidikan Pancasila Kelas IV SD (Modul Ajar)
INFORMASI UMUM
A. Identitas Modul
Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila
Kelas/Fase : IV/B
Materi : Mempraktekkan makna sila-sila Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari
Alokasi waktu : 2 JP x 35 menit
B. Kompetensi Awal
Peserta didik dapat mempraktekkan makna sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
C. Profil Pelajar Pancasila
a. Dimensi : Gotong Royong dan Bernalar Kritis, Kemandirian
b. Elemen : Mengidentifikasi, mengklarifikasi dan mengolah informasi
gagasan
c. Sub Elemen: Kerjasama
d. Aktualisasi dalam pembelajaran : Peserta didik mampu bekerjasama
secara kelompok untuk menyelesaikan lembar kerja yang diberikan
oleh guru sesuai waktu yang telah ditentukan.
D. Sarana dan Prasarana
a. Alat & bahan : Laptop, proyektor, speker, papan tulis, spidol dan kartu
materi
b. Media/Sumber Belajar: Gambar/Poster simbol sila-sila Pancasila, contoh-
contoh kasus/video penerapan Pancasila, kartu bergambar perilaku,
lembar kerja peserta didik (LKPD)
E. Target Peserta Didik
Kategori peserta didik dalam proses pembelajaran ini adalah peserta didik
Regular
F. Model, Metode dan Pendekatan Pembelajaran
a. Model : Problem Based Learning (PBL)
b. Metode : Ceramah, tanya jawab, diskusi
c. Pendekatan : Saintifik Learning
KOMPONEN INTI
A. Tujuan Pembelajaran
Menjelaskan pentingnya penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
Menyajikan contoh praktik penerapan sila-sila Pancasila di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam interaksi sosial di lingkungan sekitar
B. Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran (KKTP)
1. Memahami pentingnya penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari
2. Memberikan contoh praktik penerapan sila-sila Pancasila di lingkungan
keluarga, sekolah, dan Masyarakat
3. Memahami penerapan nilai-nilai Pancasila dalam interaksi sosial di
lingkungan sekitar
C. Pemahaman Bermakna
Pancasila bukan hanya sekadar hafalan, tetapi pedoman hidup yang harus diterapkan dalam setiap tindakan.
Penerapan nilai-nilai Pancasila akan menciptakan kerukunan, keadilan, dan kesejahteraan bagi semua
D. Pertanyaan Pemantik
Mengapa kita harus menerapkan Pancasila dalam hidup kita?
Apa saja contoh perilaku di rumah, di sekolah, atau di lingkungan sekitar yang mencerminkan nilai-nilai Pancasila?
Apa yang akan terjadi jika kita tidak menerapkan Pancasila?
E. Kegiatan Pembelajaran
A. Pendahuluan (10 menit)
Guru membuka pelajaran dengan salam dan doa.
Guru mengecek kehadiran peserta didik.
Guru melakukan apersepsi dengan bertanya: "Apa saja contoh perilaku Pancasila yang kalian temukan di rumah kemarin?"
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
B. Kegiatan Inti (50 menit)
1. Verification (Pembuktian):
Guru meminta setiap kelompok untuk memilih satu sila Pancasila dan membuat skenario singkat (drama/dialog sederhana) atau poster yang menggambarkan penerapannya di lingkungan sekolah atau masyarakat.
Peserta didik dapat menggunakan kartu bergambar perilaku yang telah disediakan guru atau membuat gambar sendiri.
Guru membimbing setiap kelompok dalam menyusun skenario/poster, memastikan relevansi dengan sila yang dipilih.
2. Generalization (Penarikan Kesimpulan):
Setiap kelompok menampilkan skenario singkat atau mempresentasikan poster yang telah dibuat di depan kelas.
Kelompok lain memberikan tanggapan atau masukan.
Guru memberikan apresiasi dan umpan balik konstruktif terhadap penampilan setiap kelompok.
Guru bersama peserta didik merangkum contoh-contoh nyata penerapan sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari (di rumah, sekolah, dan masyarakat).
C. Penutup (10 menit)
Kesimpulan Bersama: Guru bersama murid menyimpulkan pembelajaran hari ini. Guru meminta peserta didik menuliskan satu komitmen pribadi tentang bagaimana mereka akan menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di buku catatan masing-masing.
Guru memberikan penguatan bahwa penerapan Pancasila adalah tanggung jawab bersama untuk menciptakan masyarakat yang harmonis.
Guru menutup pelajaran dengan salam dan doa.
F. Asesmen
1. Asesmen Diagnostik (Sebelum Pembelajaran)
Pertanyaan Lisan: "Apa yang kalian ketahui tentang Pancasila?" "Sebutkan bunyi sila-sila Pancasila!" (Untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik).
2. Asesmen Formatif (Selama Proses Pembelajaran)
Penilaian Kinerja Kelompok: Observasi guru saat diskusi kelompok, penilaian keaktifan, kerja sama, dan kualitas hasil identifikasi perilaku.
Penilaian Presentasi/Skenario: Kemampuan menyajikan contoh perilaku Pancasila secara jelas dan relevan.
Penilaian Sikap: Observasi guru terhadap sikap Profil Pelajar Pancasila (misalnya: toleransi, gotong royong, mandiri, bernalar kritis) selama proses pembelajaran.
3. Asesmen Sumatif (Setelah Pembelajaran)
Tes Tertulis: Soal esai singkat/pilihan ganda yang menguji pemahaman makna sila-sila Pancasila dan kemampuan memberikan contoh penerapannya
H. Refleksi
Proses perancangan dan pelaksanaan pembelajaran nilai-nilai Pancasila, khususnya untuk siswa kelas IV SD, merupakan sebuah tantangan sekaligus kesempatan berharga. Beberapa poin refleksi dari rancangan ini adalah:
Relevansi Kontekstual: Saya menyadari bahwa kunci keberhasilan pembelajaran nilai adalah relevansi. Dengan menggunakan skenario kasus dan proyek jurnal, siswa diajak untuk melihat Pancasila bukan sebagai doktrin abstrak, melainkan sebagai panduan praktis dalam keseharian mereka. Ini membantu jembatan antara konsep dan praktik.
Peran Aktif Siswa: Mengubah fokus dari ceramah menjadi diskusi kelompok dan proyek memungkinkan siswa menjadi agen aktif dalam pembelajaran mereka sendiri. Ini meningkatkan pemahaman mendalam dan retensi nilai, karena mereka sendiri yang menemukan dan menginternalisasi makna.
Penguatan Lintas Kurikulum: Saya melihat potensi besar untuk mengintegrasikan pendidikan nilai ini ke mata pelajaran lain. Misalnya, dalam Bahasa Indonesia, siswa bisa menulis cerita pendek tentang pengalaman mengamalkan Pancasila. Dalam Seni, mereka bisa membuat poster tentang nilai-nilai tersebut.
Pengukuran Keberhasilan: Mengukur keberhasilan penanaman nilai memang lebih kompleks daripada mengukur pengetahuan kognitif. Observasi sikap dan refleksi dari proyek jurnal menjadi krusial. Ke depan, saya perlu mengembangkan rubrik penilaian yang lebih komprehensif untuk aspek afektif dan psikomotorik.
Dampak Jangka Panjang: Rancangan ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan kebiasaan positif pada siswa. Pembiasaan sejak dini akan menjadi modal penting bagi mereka untuk menjadi warga negara yang berkarakter Pancasila di masa depan.
Secara keseluruhan, rancangan ini adalah upaya untuk menjadikan pembelajaran Pancasila lebih hidup dan bermakna bagi siswa kelas IV SD, dengan harapan mereka tidak hanya memahami, tetapi juga mampu mempraktikkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam setiap langkah kehidupan mereka
Anda bisa lihat selengkapnya dengan mengakses Contoh Jurnal Modul 3