TRIBUNSUMSEL.COM - Abdul Haris Agam atau akrab disapa Agam Rinjani menguak cerita kehidupannya hingga menyatu dengan alam.
Belakangan, nama Agam Rinjani sendiri disorot setelah ikut bersama tim evakuasi pendaki asal Brasil, Juliana Marins yang terjatuh di jurang Gunung Rinjani.
Lahir di kerasnya kehidupan membuat Agam dekat dengan alam. Agam dan keluarga menjadi pemulung untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Agam Rinjani berpetualang dari tanah kelahirannya di Makassar hingga memutuskan pindah ke sekitar Gunung Rinjani.
Hal itu pula yang menjadi pertimbangan Agam hingga saat ini belum memutuskan untuk menikah.
"Kau sudah menikah kah?" tanya Denny Sumargo, dilansir dari Youtubenya, Selasa, (1/7/2025).
"Belum, berat, kasihan kalau nikah ku tinggal-tinggal pasti," ujar Agam.
"Kan bukan berarti kau sama seperti dulu, nikah kan berarti kau sudah ada rumah," terang Denny.
Agam Rinjani bahkan mengaku baru membangun rumah berukuran 3x4 di tengah hutan pinggir kawasan konservasi di Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Desa Sembalun adalah desa di kaki gunung Rinjani yang merupakan jalur utama untuk pendakian ke Gunung Rinjani yang di kelilingi oleh bukit-bukit yang indah dan memiliki banyak objek wisata Alam, Agro, dan budaya untuk di kunjungi.
"Ini saja rumah baru selesai kubangun di tengah hutan, di batas kawasan satu tahun 4 bulan baru jadi, kukerjakan sendiri, ukurannya 3x4 luasnya rumahku," beber Agam.
Terpisah, dari tayangan podcast Deddy Corbuzier, Agam membeberkan awal mula rumah tersebut dibangunnya di tanah kosong yang ditawarkan oleh senior Mapala di kampusnya dulu.
"Dihubungi saya sama orang Sembalun 'ngapain lu sana sini saya ajak kamu, ini ada tanah', ada senior lah Mapala ada beli tanah disana disuruh lah tinggal disana, akhirnya aku bangun kecil-kecil," kata Agam.
Ia kemudian membangunnya sedikit demi sedikit menggunakan kayu-kayu yang terdapat di hutan.
"Saya bikin 4x3 awalnya tukang tapi jadi miring gak sesuai apa yang kuinginkan, itu masuk pintu kena kepala, kalau teman-temanku bule datang kan gak bisa masuk, jadi saya kerja sendiri, kan banyak di hutan kayu gak rapi, jadi kurapi kan," ungkap Agam.
"Sekarang sudah ada dinding sama atap, toilet juga baru mau aku bangun," kata Agam disambut gelak tawa Deddy Corbuzier.
Semua itu didapatinya karena banyak membantu orang-orang selama menjadi pemandu pendakian di gunung.
Disisi lain, Agam bercita-cita ingin keliling dunia dan merasakan lebih banyak kehidupan di alam.
Sehari-hari, profesinya adalah sebagai pemandu pendakian, dan ia juga sering terlibat langsung dalam berbagai operasi penyelamatan.
Keahlian Agam Rinjani dalam vertical evacuation atau evakuasi di medan vertikal membuatnya sering kali diminta untuk terlibat dalam misi penyelamatan yang berisiko tinggi.
Donasi Akan Segera Dikirim
Inisiatif penggalangan dana dari warga Brasil untuk Agam Rinjani, yang dikenal karena aksi heroiknya mengevakuasi jenazah Juliana Marins di Gunung Rinjani, sempat dinyatakan resmi dibatalkan.
Pembatalan ini diumumkan oleh platform VOAA dan organisasi Razoes para Acreditar pada Senin (30/6/2025), menyusul kontroversi soal potongan biaya administrasi dalam donasi tersebut.
Namun baru-baru ini, pihak VOAA kembali membuat pernyataan baru akan diberikan utuh kepada Agam Rinjani.
Dikutip dari CNN Brasil, Selasa (1/7/2025), VOAA menarik pernyatannya dan kembali mengumumkan bahwa dana sekitar Rp 1,5 miliar itu sepenuhnya akan ditransfer ke Agam Rinjani tanpa potongan biaya.
Sebelumnya dana itu terkumpul Rp 1,3 miliar namun jumlahnya terus bertambang menjadi Rp 1,5 miliar.
Pengumuman ini disampaikan oleh Vicente Carvalho, pendiri platform Razões Para Acreditar, yang bertanggung jawab atas penggalangan dana itu.
Awalnya, penggalangan dana tersebut dibatalkan setelah mendapat kritik atas biaya administrasi sebesar 20 persen.
Kini, menurut Vicente, keputusan itu direvisi setelah banyak permintaan agar jumlah itu diberikan kepada Agam Rinjani.
Awalnya, VOAA menyebut bahwa kampanye donasi ini awalnya dilandasi oleh niat tulus.
Namun, mereka mengakui bahwa diskusi seputar vaquinha (istilah lokal untuk penggalangan dana) telah memicu berbagai ujaran kebencian untuk platform.
“Kami memutuskan untuk segera membatalkan kampanye ini, serta mengembalikan seluruh donasi secara otomatis dan utuh kepada para donatur,” tulis VOAA, dilansir dari Tribunnews.com.
Salah satu pemicu pembatalan donasi adalah pertanyaan publik terkait biaya administrasi sebesar 20 persen yang diterapkan oleh VOAA.
Meski informasi ini telah disampaikan sejak awal di situs resmi mereka, sejumlah pihak mengaku keberatan dan menganggap transparansi dana kurang memadai.
VOAA menjelaskan, biaya tersebut digunakan untuk menutupi berbagai layanan di luar sekadar penyediaan platform, termasuk proses kurasi, verifikasi cerita, produksi konten, komunikasi strategis, pengelolaan hukum dan keuangan, hingga pendampingan penuh selama kampanye berlangsung.
Hal-hal tersebut, menurut VOAA, dijalankan oleh tim profesional dengan biaya tetap yang tidak sedikit.
“Ini bukan semata-mata soal perantara donasi, tapi layanan yang komprehensif, aman, dan transparan,” jelas pihak VOAA.
Mereka juga memastikan bahwa pengembalian dana akan dilakukan secara otomatis ke metode pembayaran awal mulai Senin (30/6/2025), tanpa memerlukan tindakan lanjutan dari para donatur.
Meski kampanye donasi dibatalkan, VOAA menegaskan bahwa mereka tetap teguh menjalankan misinya, membantu sesama.
Mereka juga menyampaikan permintaan maaf kepada siapa pun yang merasa tidak nyaman, bingung, atau merasa kurang dihargai akibat polemik yang terjadi.
Agam Rinjani menjadi sosok viral di Brasil setelah aksinya menahan tubuh Juliana Marins agar tidak tergelincir lebih jauh dari jurang Rinjani disiarkan langsung di media sosial.
Berkat aksi heroiknya, ia dijuluki "pahlawan" hingga "malaikat" oleh publik Brasil.
Masyarakat Brasil lalu mendesak agar dibuatkan penggalangan dana untuk membantu Agam.
Ikuti dan Bergabung di Saluran Whatsapp Tribunsumsel.com